Catatan Akhir Pekan Oleh Erwin Usman
DUA bulan lalu, di tanggal 10 Pebruari 2021, Hasinu (32) dan istrinya Samunia (23) berangkat naik kapal laut milik Pelni dari pelabuhan Murhum Baubau, Sultra menuju kota Makassar.
Keduanya tidak sendiri. Anaknya semata wayangnya Nur Aprilia (5) membersamai. Perjalanan ini semalam.
Hasinu dan istri kesehariannya adalah petani. Dia sebelumnya juga menjadi buruh panggul di pasar Nugraha Baubau.Mereka bermukim di Desa Sribatara, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Di Baubau mereka bermukim di Lr. Casper, Kelurahan Kadolomoko.
Keadaan ekonomi yang sulit dan kebutuhan biaya untuk berobat yang cukup besar menjadikan mereka selama 5 tahun ini tidak bisa berbuat banyak.
Kerangkatan mereka ke Makassar bukan untuk jalan-jalan. Apalagi di tengah virus Covid-19 yang mengganas. Tapi untuk berobat bagi kesembuhan putrinya, Nur. Mereka membawa rekomendasi dari RS Siloam Buton untuk rujuk ke dokter ahli bedah anak di RS Wahidin Makassar.
Nur sejak lahir menderita kelainan usus. Hirschprung dalam bahasa medis. Penyakit ini ialah gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau tinja terjebak di dalam usus. Penyakit bawaan lahir yang tergolong langka ini bisa mengakibatkan bayi tidak buang air besar (BAB) sejak dilahirkan.
Gejala umumnya sudah dapat dideteksi sejak bayi baru lahir, di mana bayi tidak buang air besar (BAB) dalam 48 jam setelah lahir. Selain bayi tidak BAB, gejala lain penyakit hirschsprung pada bayi baru lahir muntah-muntah dengan cairan berwarna coklat atau hijau, perut buncit dan rewel.
Kasus adik Nur mendapat perhatian cukup luas warga. Juga netizen. Sejumlah donasi disampaikan sejumlah individu dan para pihak yang peduli. Bahkan saat berangkat ke Makassar, Kapolres Kota Baubau AKBP Rio Tangkari ikut mengantar bersama jajarannya. Donasi Polres sejumah Rp 20 juta ikut diserahkan langsung saat itu pada orang tua Nur.
Dua bulan lamannya Nur menjalani terapi dan perawatan dokter. Termasuk datangnya cobaan sebelum tindakan operasi, adik Nur terkena Covid-19. Sehingga operasi batal dilakukan dan mesti karantina seminggu lebih.
Setelah sembuh dari Covid, Nur akhirnya masuk ruang operasi. Itu pada tanggal 24 Maret 2021. Operasi oleh dokter bedah anak berlangsung sukses. Alhamdulillah. Lalu setelahnya Nur menjalani perawatan dan observasi pasca operasi selama dua pekan lebih.
Selama di Makassar, pengobatan Nur juga mendapat dukungan dan bantuan dari pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara (KKST) Sulsel. Ada pak Dr Amijaya Kamaluddin, Dr Jalal dkk yang aktif koordinasi membantu. Juga Dr Muh Ilyas Wameo Sekjend KKST pusat yang sangat aktif membantu.
Hari ini, qadarullah adik Nur dan kedua orang tuanya sudah pulang kembali ke Baubau. Bila sebelumnya mereka naik kapal laut, kepulangan kali ini naik pesawat.
Bupati Buton La Bakry yang selama ini juga membantu dan terus memantau perkembangan kesehatan adik Nur, memfasilitasi kepulangan warganya ini. Dalam dua bulan ini kami intensif berkomunikasi tentang perkembangan keadaan Nur di Makassar. Termasuk semalam, hingga dini hari kami berkomunikasi memastikan semua hal terkait kepulangan Nur bisa teratasi.
"Kami orang tua bersyukur sekali, karena niat awal anak kami lekas operasi dan sembuh. Biar kami bisa berpuasa dan lebaran di Baubau atau Buton, tidak di rumah sakit. Alhamdulilah Allah kabulkan." Demikian kata Hasinu melalui percakapan telpon kami semalam.
"Tolong sampaikan terima kasih untuk semua pihak yang selama dua bulan ini telah membantu kami. Hingga anak kami Nur bisa sehat. Semoga Allah membalasnya dan diberi kelancaran rezeki untuk semuanya," tambah Hasinu.
Selamat kembali ke rumah adik Nur. Sehat selalu dan teruslah ceria. Insya Allah kelak menjadi anak solehah dan kebanggaan orang tua.