BUTON, BUTONSATU.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton melalui Dinas Kesehatan setempat terus berupaya mempercepat penurunan angka stunting nya yang pada 2021 lalu angkanya mencapai cukup tinggi.
Hal itu terungkap saat Penjabat (Pj) Bupati Buton Drs. Basiran, M.Si melakukan Kunker pada setiap kecamatan dan desa-desa yang dikunjunginya. Bahkan, dalam forum-forum resmi, Basiran selalu menegaskan pada semua stakeholder untuk serius menangani kasus stunting.
Di setiap kesempatannya itu, Kepala BPKAD Provinsi Sultra ini mengajak seluruh stakeholder termasuk masyarakat ikut andil membantu upaya penurunan angka stunting, baik melalui intervensi gizi spesifik maupun gizi sensitif.
Dijelaskan, kasus stunting pada anak akan berdampak buruk bagi generasi muda kedepan, khususnya SDM Kabupaten Buton. Karena secara medis stunting dapat menurunkan kecerdasan terhadap anak itu sendiri seperti penyakit infeksi dan kronis.
"Untuk mewujudkan SDM Buton yang sehat dan kuat perlu memperhatikan urusan pemerintahan di Bidang Kesehatan dan Pendidikan yang menjadi kewenangan Pemda Kabupaten Buton," kata Pj. Bupati Buton.
Salah satunya, lanjut Basiran menggencarkan pemberian makanan tambahan bagi anak dibawah usia dua tahun dan memenuhi asupan gizi keluarga dengan memanfaatkan tanaman hortikultura seperti pepaya California dan tanaman kelor. Termasuk, menekankan pada kaum ibu untuk memberikan ASI pada balita sebagai asupan gizi bagi bayi.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Kabupaten Buton Syafaruddin menuturkan untuk menurunkan angka stunting ini perlu dilakukan kerjasama dan kolaborasi seluruh elemen, mulai dari pemerintah daerah, Puskesmas, masyarakat, tim penggerak PKK hingga organisasi kemasyarakatan.
"Kita sudah bergerak cepat melaksanakan perintah Pak Pj. Bupati Buton dalam upaya percepatan penurunan stunting tersebut. Seperti Tim Gizi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Wakaokili sudah melakukan kunjungan tiap-tiap rumah menyasar balita yang tergolong stunting dan kurang gizi di Desa Kaongke-ongkea," tuturnya.
Untuk penanganan balita tersebut kata Safaruddin, maka telah dilakukan Intervensi gizi berupa pemberian makanan tambahan (PMT), Pemulihan selama 90 hari, konseling kepada ibu balita tentang pemberian makan bayi dan anak (PMBA), pemberian vitamin A dan pemantauan tumbuh kembang balita secara rutin di posyandu.
"Dengan upaya yang telah dilakukan ini maka diharapkan balita tersebut dapat keluar dari status stunting dan gizi kurang," katanya.
Safaruddin manambahkan, kegiatan serupa akan dilakukan juga di puskesmas lainnya di wilayah Kabupaten Buton.