BUTON, BUTONSATU.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton meluncurkan peta ketahanan dan kerentanan pangan Buton tahun 2021. Peta tersebut dilaunching langsung Bupati Buton La Bakry di salah satu restoran di Pasarwajo, Selasa (07/12/2021).
Turut hadir dalam peluncuran peta tersebut Kepala Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sultra Ariston, Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Buton Zablin, Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Buton La Lodi, Plt. Kepala Dinas Pertanian Buton Ma'mul Djamal, Kepala Dinas Sosial Buton Asnawi Djamaluddin, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ilham Habo Nibu, Kabid Ekonomi, Sosial, Budaya Bappeda Buton La Ode Siruhu, Camat Wolowa La Suwu Muhammad.
Bupati La Bakry menyebut, dengan diluncurkannya buku peta ketahanan dan kerentanan pangan tahun 2021 tersebut menjadi arah penyusunan program strategis dan kegiatan di lokasi-lokasi yang digambarkan dalam peta rawan pangan agar diintervensi permasalahan pangannya.
Baca Juga: Dinkes Buton Gelar Pertemuan Validasi, Pemuktahiran dan Publikasi Data Stunting
"Dengan peta ini untuk seluruh OPD termasuk dari provinsi, mari kita bahu-membahu menggunakan data ketahanan pangan untuk menyusun perencanaan ketahanan pangan tahun yang akan datang, 5 tahun atau 10 tahun bisa memulai data yang ada hari ini," tutur orang nomor satu di Buton itu.
Secara umum, jelas La Bakry, data menunjukkan terjadi peningkatan kondisi ketahanan pangan wilayah yang terus membaik dari tahun ke tahun.
"Dimana kondisi kerentanan pangan berdasarkan prioritas 1-3 sebanyak 27 Desa atau 28,42 persen. Sedangkan tahun 2021 ini kondisi kerentanan pangan mengalami penurunan tinggal 4 Desa atau 4,21 persen," jelas suami Delta Montolalu itu.
Menurutnya, kondisi daerah akan mempengaruhi produksi pangan di Buton. Namun di Buton tidak ada daerah yang benar-benar rawan atau tidak ada pangan sama sekali, hari ini baik mandiri atau secara kelompok tani bisa mempertahankan ketahanan pangannya, bahkan di pasar tersedia bahan makanan yang cukup.
"Ini tampak dari peta bahwa tidak seluruh kecamatan dan desa rentan pangan atau tahan pangan namun semua ada kombinasinya sesuai dengan kondisi daerah yang ditentukan struktur tanahnya masing-masing dan hal itu alami tidak bisa dilawan. Di Desa Bajo tidak punya lahan, tapi punya laut yang luas sehingga bisa mencari ikan untuk membeli pangan," tutur La Bakry.
Pemerintah, lanjut La Bakry, menyiapkan 1500 Ha bibit jagung yang akan diberikan kepada petani untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Buton, La Lodi memaparkan Buku Ketahanan Pangan yang dilauncing hari itu berisi tentang kondisi pangan dari 95 desa/kelurahan di Buton.
"Kami sudah memetakan beberapa daerah baik berstatus rentan hingga tahan pangan di dalam buku ini," terangnya.
La Lodi menambahkan, dalam penyusunan Peta FSVA tersebut, sesuai panduan dan petunjuk teknis yang ada, termasuk Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Buton. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, sebagai narasumber dalam melakukan review data-data indikator yang merupakan turunan dari tiga aspek yaitu aspek ketersediaan pangan, aspek akses, dan aspek pemanfaatan pangan.