Oleh Nurul Zashkia, S.H.

Jika sebait puisi saja berhasil meruntuhkan politik Apartheid di Afrika dan Kerajaan Inggris tumbang di Amerika oleh sekumpulan petani dan buruh, maka sejarah revolusi dunia karena perjuangan pemuda jauh lebih memantik. Setidaknya, ini akan membuktikan apa yang disampaikan oleh Kailash Satyarthi (seorang aktivis HAM dari India) :

“The power of youth is the common wealth for the entire world. The face of young people are the faces of our past, our present, and our future. No segment in the society can match with the power, idealism, enthusiasm, and courage of the youth people”

(Kekuatan pemuda adalah kekayaan bagi seluruh dunia. Wajah orang muda adalah wajah masa lalu, masa kini, dan masa depan kita. Tidak ada bagian lain dalam masyarakat yang dapat menandingi kekuatan, idealisme, antusiasme, dan keberanian anak muda).

Perjalanan sejarah dunia telah membenarkan ungkapan tersebut. Sejak zaman Yunani Kuno, semangat intelektual para tokoh pemuda seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles mewarnai dinamika peradaban. Di Norwegia, tanpa aksi heroik para partisan muda, Jerman bisa jadi pemilik bom atom pertama dan mengubah jalannya sejarah dunia hari ini. Bahkan sejarah revolusi yang paling fenomenal di Prancis pada Mei tahun 1968 merupakan buah perjuangan yang ditanamkan oleh persatuan pemuda dan kaum buruh.

Di Indonesia sendiri, peran pemuda dalam konteks perjuangan dan pembangunan sangatlah dominan dan memegang peran sentral baik perjuangan yang dilakukan secara fisik maupun diplomasi, perjuangan melalui organisasi sosial dan politik, serta melalui kegiatan-kegiatan intelektual. Sejarah mencatat bahwa peran dan perjuangan pemuda Indonesia dirintis dari berdirinya Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia yang kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia pada tahun 1908. Organisasi pemuda, pelajar, dan mahasiswa hindia di negeri Belanda kemudian menerbitkan koran Indonesia Merdeka yang dalam terbitan pertamanya, koran ini menyatakan tentang kemauan besar bangsa Indonesia untuk merebut kembali hak-hak dan menetapkan kedudukan atau keyakinan di tengah-tengah dunia, yaitu sebuah Indonesia yang merdeka. Selanjutnya semangat nasionalisme dan patriotisme tersebut mulai merambah ke Indonesia dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang kemudian diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional, lalu berdiri pula organisasi Sarikat Islam pada tanggal 10 September 1912. Hingga pada puncaknya, tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari berbagai penjuru tanah air seperti Sumatera, Jawa, kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan lain-lain berkumpul di Jakarta dalam forum yang disebut “Kongres Pemuda Indonesia” untuk mendeklarasikan Sumpah Pemuda sebagai ikrar kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia yakni menginginkan “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia. Meskipun kebebasan kolonialisme baru diraih 17 tahun kemudian, namun berkat semangat membara barisan pemuda tersebut telah meletakkan fondasi komunitas beribu pulau dalam balutan Indonesia.

Baca Juga: Harapan Bupati dan Ketua Karang Taruna Buton di Hari Sumpah Pemuda

Militasi dan peran pemuda selanjutnya terlihat menjelang proklamasi kemerdekaan yaitu dalam peristiwa Rengas Dengklok berupa “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda, antara lain Adam Malik dan Chaerul Saleh terhadap Soekarno dan Hatta untuk didesak agar mempercepat Proklamasi hingga terjadi kesepakatan antara golongan tua dan golongan muda yang memberi kepastian tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan. Pada saat mempertahankan kemerdakaan dari agresi militer Belanda, para pemuda yang tergabung dalam API, barisan pemuda pelopor dan laskar perlawanan rakyat sangat jelas sekali. Peristiwa 10 November Surabaya, Bandung Lautan Api adalah bukti pengorbanan pemuda bagi bangsa dan negara. Sampai pada runtuhnya Era Orde Baru yang otoriter selama puluhan tahun dan memasuki Era Reformasi tidak lain juga merupakan buah perjuangan para pemuda Indonesia. Kendati demikian, ini bukanlah akhir dari perjuangan pemuda, namun ini adalah sebuah awal bagi pemuda masa kini untuk bisa melanjutkan perjuangan pemuda masa lalu; yaitu berkontribusi dalam mewujudkan tujuan negara sebagaimana termaktub dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945.

Berbeda dengan tantangan pemuda di zaman dahulu yang cenderung berasal dari faktor eksternal sehingga menitikberatkan pada kekuatan fisik dan diplomasi untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Tantangan pemuda masa kini justru berasal dari faktor internal, sekilas tak terlihat namun sangat berbisa. Senjata paling ampuh bagi pemuda masa kini bukanlah bambu runcing untuk mengusir penjajah namun kemampuan intelektual yang humanis untuk membawa Indonesia pada gerbang kemajuan. Soekarno memang pernah mengatakan bahwa dengan 10 pemuda saja ia mampu mengguncangkan dunia, namun perlu kita pahami bahwa 10 pemuda yang dimaksud bukanlah pemuda buta huruf bermental lemah namun pemuda cerdas yang berakhlak mulia. Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan kebangsaan seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran, dan narkoba. Tidak hanya itu, sebagai dampak negatif perkembangan teknologi yang membawa masyarakat pada era era distrupsi menyebabkan masalah kebangsaan yang lebih serius yaitu perpecahan masyarakat dan lunturnya semangat nasionalisme. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang semakin memperuncing berbagai masalah kebangsaan tersebut. Kemiskinan dan pengangguran semakin meningkat serta perpecahan yang terjadi di berbagai wilayah sebagai akibat dari pesimisme antar masyarakat maupun masyarakat terhadap pemerintah. Karena itu, selain penguatan karakter, kreatif, dan kritis mengawal perjalanan bangsa, para pemuda Indonesia harus optimis dalam memandang masa depan. Itulah yang dimaksud dengan gerakan kepemudaan yang inklusif dan integral yaitu gerakan moral, gerakan intelektual, sekaligus membangun optimisme kolektif.

Baca Juga: Pesan Kapolres Buton di Hari Sumpah Pemuda

Setidaknya, terdapat tiga hal yang harus dimiliki pemuda masa kini untuk memenangi pertarungan sekaligus mewujudkan cita-cita dan tujuan negara yaitu cerdas yang berakhlak mulia, kemampuan/skill, dan ide/inovasi. Pertama, diperlukan pemuda yang memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, berani, dan tangguh. Indonesia sangat membutuhkan pemuda yang beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi, jujur, santun, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan tuntas. Karena itu, pemerintah baik pusat maupun daerah dan institusi pendidikan perlu memfasilitasi terbangunnya karakter yang tangguh di kalangan pemuda baik pelajar maupun mahasiswa melalui sistem dan kurikulum pendidikan yang religius humanis dan mendukung setiap potensi pemuda.   Kedua, memiliki kemampuan intelektual dan skill kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan yang mumpuni. Para pemuda harus didorong untuk mendalami potensi dan studinya secara serius agar menjadi spesialis keilmuan tertentu, yaitu memiliki spesialisasi dalam menguasai suatu bidang pengetahuan secara mendalam sesuai dengan potensi diri dan bidang studinya masing-masing melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik, memajukan infrastruktur pendidikan, serta memberi apresiasi untuk setiap pencapaian pemuda. Dengan begitu, pemuda akan memiliki skill yang mumpuni untuk bersaing di dunia kerja di tingkat nasional maupun internasional. Ketiga, memiliki ide/inovasi-inovasi yang kreatif sehingga pemuda Indonesia mampu berperan aktif dalam kancah internasional dan memenangi kompetisi global sekaligus mewujudkan cita-cita Indonesia di masa depan. Ide dan inovasi tidak hanya berasal dari pembelajaran akademik tetapi berasal dari pengalaman kerja dan pengalaman terjun dalam masyarakat sehingga ide yang dihasilkan dapat solutif menyelesaikan berbagai problematika dalam masyarakat.
 
Adapun secara yuridis normatif, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan telah mengisyaratkan bahwa semangat dan motivasi baru bagi bangsa khususnya pemuda Indonesia untuk memperjuangkan eksistensinya sebagai sebuah bangsa yang bersatu dan berdaulat dan menjadi landasan hukum bagi kewajiban negara untuk menyelenggarakan program-program kepemudaan. Untuk itu, dalam rangka memberikan makna yang lebih dalam akan arti penting sebuah momentum sejarah pemuda, bangsa Indonesia perlu merekonstruksi dan mereaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam perjalanan sejarah sumpah pemuda, sebagai bagian dari proses sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jiwa dan semangat sumpah pemuda perlu dihayati dalam sanubari dan diaktualisasikan dalam setiap tindakan pemuda.

Di zaman yang semakin cepat dan dinamis ini, begitu banyak tantangan dan masalah kebangsaan yang terjadi sehingga diharapkan pemuda tidak terjerumus dalam arus negatif dromologi budaya namun justru dapat bersaing secara positif dalam bentuk apapun untuk mengatasi berbagai permasalahan kebangsaan tersebut. Sebagaimana ungkapan Ellen Key dalam bukunya yang berjudul The Younger Generation, “a generation who will one day become our national leader.” (Generasi muda adalah penerus dan  pewaris bangsa dan negara ini, baik buruknya bangsa kedepan tergantung kepada bagaimana generasi mudanya). Ini menunjukkan pemuda adalah masa depan bangsa dan negara, pemuda juga harapan bagi dunia, jika pemuda menjadi buruk maka menjadi buruk pula negara dan dunia.  Kemajuan tidak akan pernah tercapai dalam arti yang sesungguhnya kalau masa depan itu hanya dipandang sekedar sebagai proses lanjut dari masa kini yang akan tiba dengan sendirinya. Tapi bagaimana generasi muda merespon kemajuan itu dengan kearifan menghargai keluhuran perjuangan dari generasi sebelumnya tanpa terjebak dalam kejayaan dan romantisisme masa lalu, serta kenyataan-kenyataan masa kini sehingga membuat mereka tidak lagi sanggup keluar untuk menatap masa depan.

Hari ini, tepat tanggal 28 Oktober 2021 dimana masyarakat Indonesia telah memperingati Sumpah Pemuda yang ke-93 tahun. Seyogyanya dapat menjadi momentum bagi para pemuda di seluruh wilayah Indonesia khususnya pemuda Buton untuk intropeksi dan bertanya pada diri sendiri tentang apa yang sudah kita berikan pada negara dan daerah selama ini dan apa yang harus kita lakukan kedepannya. Para pemuda harus menguatkan tekad, bekerja keras menyiapkan amunisi untuk dapat lebih berkontribusi kepada bangsa dan negara karena pemuda adalah wajah Indonesia di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.